Soko Tekno

Yuk, Jelajahi Kekuatan Konten YouTube dan TikTok yang Membentuk Preferensi Gen Alpha

YouTube dan TikTok menawarkan pelajaran berharga bagi UMKM yang ingin terhubung dengan gen A.

By Rosmery C Sihombing  | Sokoguru.Id
20 Februari 2025
ilustrasi (Dok. Smesco)

SOKOGURU, Jakarta- Transformasi digital bukan hanya memberikan peluang baru bagi UMKM tapi juga menuntut para pelakunya memahami perubahan tren internet of things (IoT). 

 

Generasi alpha, kelompok demografi termuda, berada diambang penentuan identitas budaya menunjukkan adanya pergeseran besar dalam preferensi menyerap informasi.

 

Generasi alpha lahir di dunia ketika perangkat digital ada di setiap sudut aktivitas kehidupan mereka. 

 

Kluster generasi itu perlahan namun pasti sedang mengubah secara mendalam bagaimana para pelaku industri, pelaku pemasaran dan pelaku UMKM harus pivot beradaptasi dengan inovasi digital marketing, mengubah cara-cara komunikasi pemasarannya dengan menyamakan symbol kultur yang dipahami gen alpha.

 

Baca juga: Smesco Dorong Promosi dan Pemasaran UMKM Selama 10 Tahun, Siap Hadapi Tantangan Baru

 

Itulah sebabnya mengapa pelaku UMKM, pelaku bisnis dan para industrialis mulai fokus mempelajari budaya serta karakter konsumsi generasi alpha?
 

Untuk itu, Smesco dalam artikel resminya, Senin (10/2),  mengajak kita menjelajahi bagaimana YouTube dan TikTok memengaruhi pilihan gen alpha dan apa yang bisa dipelajari pemasar dari kebangkitan platform-platform tersebut.
 

 

Fokus pelajari gen A

 

Mengapa pelaku UMKM, pelaku bisnis dan para industrialis mulai fokus mempelajari budaya serta karakter konsumsi generasi alpha? 

 

Pertanyaan tersebut merupakan Indikator awal ruang pasar yang berkelanjutan dalam rentang 10 hingga 20 tahun mendatang akan diisi oleh gen A yang akan menyerap konsumsi domestik.
 

Baca juga: Tingkatkan Daya Saing, Pelaku UMKM Dapat Pelatihan dari Smesco

 

Mereka tumbuh di lingkungan di mana hiburan, pendidikan, dan interaksi sosial sebagian besar terjadi secara digital, dan tidak ada yang lebih berpengaruh dalam membentuk preferensi mereka selain konten video pendek. 

 

Platform seperti YouTube dan TikTok bukan hanya sumber hiburan bagi gen A, mereka adalah mesin budaya, yang menggerakkan tren dan membentuk selera dengan cara belum pernah dilakukan oleh media lain sebelumnya.

 

Para pengguna internet telah menyaksikan kekuatan platform itu secara langsung. TikTok dan YouTube tidak hanya mengubah rentang perhatian pemirsa muda, tetapi juga mendefinisikan kembali bagaimana merek harus berkomunikasi agar tetap relevan di era baru yang sangat terhubung ini. 

  •  

YouTube, TikTok pengaruhi pilihan Gen A

 

Yang penting sekarang adalah bagaimana para pemasar mempelajari kebangkitan platform-platform tersebut dalam memengaruhi gen A.

 

Baca juga: Temu Brand Lokal di SMESCO Dorong Nasionalisme Konsumen


Perlu disadari, kehadiran video dalam kehidupan hehari-hari gen A
berbeda dengan generasi sebelumnya ketika  televisi merupakan media utama hiburan visual.

 

Sementara  gen Alpha hidup di dunia yang didominasi oleh ponsel pintar dan TV android. YouTube, khususnya, telah menjadi platform utama mereka untuk segala hal mulai dari hiburan hingga pendidikan.

 

 Baik itu menonton walkthrough permainan, tutorial kerajinan, atau lagu anak-anak animasi. YouTube menawarkan aliran konten yang tak ada habisnya yang disesuaikan dengan preferensi mereka.
 

Demikian juga, TikTok, dengan video pendek yang cepat, menarik, dan sering kali interaktif, dengan cepat menarik perhatian gen A meskipun awalnya lebih populer di kalangan gen Z. 

 

Algoritma TikTok yang jenius memastikan bahwa konten tidak hanya sangat dipersonalisasi, tetapi juga disajikan dalam format yang ringkas, menjadikannya sempurna untuk menarik perhatian pikiran muda yang ingin tahu.
 

Uniknya dan tidak terbantahkan yang membuat platform itu sangat kuat adalah kebebasan yang mereka berikan. Gen Alpha bukanlah audiens pasif. 

 

Mereka menggunakan platform-platform itu untuk menemukan minat baru, mempelajari keterampilan baru, dan bahkan berpartisipasi dalam tren melalui konten yang dibuat pengguna.

 

 Platform-platform itu melatih mereka untuk mengharapkan kepuasan instan dan interaktivitas yang konstan, yang secara mendasar mengubah strategi  dan cara merek harus berkomunikasi dengan generasi ini.

Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana konten video membentuk preferensi dan pilihan konten video membentuk preferensi gen A dengan cara yang halus namun mendalam?

 

Pertama, mereka terpapar pada berbagai macam konten lebih luas dibandingkan generasi sebelumnya. Berbeda dengan TV, yang terikat pada jadwal program, YouTube dan TikTok memungkinkan mereka mengakses berbagai video sesuai permintaan.

 

Kemampuan untuk mengeksplorasi berbagai topik itu telah membuat gen alpha sangat beragam dalam selera mereka. Satu saat mereka menonton video unboxing mainan terbaru, dan berikutnya, mereka belajar cara membuat robot sendiri.
 

Kedua, Generasi alpha sangat melek visual. Tumbuh besar dengan menonton video membuat mereka sangat peka terhadap penceritaan visual. 

 

Untuk itu, merek yang ingin menarik perhatian mereka perlu mengadopsi pendekatan bercerita. Tidak cukup hanya mempromosikan produk; konten itu sendiri harus menarik, menghibur, dan memicu rasa ingin tahu. 

 

Itulah mengapa influencer dan kreator memiliki pengaruh besar pada generasi tersebut. Mereka tidak hanya mempromosikan produk; mereka membangun hubungan dengan audiens mereka, seringkali melalui narasi yang beresonansi pada tingkat yang lebih dalam.
 

Salah satu tren yang terlihat, terutama di YouTube, adalah pengaruh edutainment—konten yang memadukan pendidikan dengan hiburan. Baik itu melalui eksperimen sains, mainan edukatif, atau aplikasi pembelajaran interaktif. 

 

Ketiga, Gen A tertarik pada konten yang melibatkan rasa ingin tahu dan kreativitas mereka. TikTok, di sisi lain, menawarkan konten cepat dan mudah dicerna yang mengandalkan budaya FOMO (fear of missing out). 

 

Kecepatan tren dan tantangan di platform itu memengaruhi apa yang dianggap Gen A sebagai hal yang keren dan relevan, dan siklus konstan dari hal-hal baru ini turut membentuk preferensi mereka yang terus berkembang.

 

Peran Influencer dan Konten 

 

Pendorong utama preferensi gen A di platform-platform itu adalah munculnya influencer anak-anak dan kreator yang ramah keluarga. YouTube, khususnya, telah menjadi taman bermain bagi kreator anak-anak yang, pada gilirannya, membentuk minat rekan-rekan mereka. 

 

Saluran seperti  Roblox, Flad and Nicky dan Like Natasya menarik jutaan pemirsa muda, memengaruhi preferensi mainan mereka, kebiasaan bermain game, dan bahkan pilihan mode.
 

TikTok, meskipun masih sangat dimoderasi untuk audiens muda, memungkinkan anggota gen A yang sedikit lebih tua untuk bereksperimen dengan kreativitas mereka sendiri. 

 

Daya tarik TikTok terletak pada sifat viralnya, pengguna dapat dengan cepat mengikuti tren dan membuat konten yang mencerminkan sudut pandang pribadi mereka. 

 

Konten yang dibuat pengguna itu menciptakan rasa partisipasi yang sangat penting bagi generasi ini. Mereka tidak hanya mengonsumsi konten secara pasif, tetapi bagian dari konten itu sendiri. 

 

Merek yang memanfaatkan aspek partisipasi ini melalui tantangan, filter interaktif, atau hashtag bermerek dapat membangun keterlibatan yang lebih dalam.
 

Bagi seorang pemasar UMKM, melihat pengaruh para kreator itu sebagai tantangan sekaligus peluang. Iklan tradisional tidak begitu beresonansi dengan gen A. 

 

Sebaliknya, mereka tertarik pada konten yang terasa autentik dan didorong oleh teman sebaya. Ini berarti merek harus menemukan cara untuk berkolaborasi dengan influencer atau bahkan menciptakan peluang bagi konten yang dibuat pengguna untuk mendorong keterlibatan secara organik.

Ketercepatan dan Konten Pendek
 

Kenaikan pesat TikTok tak bisa diabaikan ketika membahas gen A. Video berdurasi 15-60 detik dirancang untuk menyampaikan konten berdampak tinggi dalam waktu sependek mungkin. 

 

Format itu sangat sesuai dengan kebiasaan digital gen A yang serba cepat. Kontennya mudah dikonsumsi, dibagikan, dan terus berkembang. Setiap hari, tren baru muncul, dan gen A sangat antusias untuk mengikuti perkembangan tersebut.
 

Namun, dari semua hal tersebut yang membuat TikTok begitu menarik adalah algoritmanya. 

 

Algoritma itu sangat cerdas dalam mengkurasi konten berdasarkan perilaku pengguna, yang berarti gen A tidak hanya mengonsumsi konten secara acak, tetapi  menonton video yang semakin dipersonalisasi sesuai dengan selera mereka. 

 

Bagi pelaku UMKM, itu membuka peluang luar biasa untuk menargetkan konten lebih efektif, namun juga berarti standar kreativitas yang lebih tinggi dari sebelumnya. Jika video tidak menarik perhatian dalam beberapa detik pertama, video tersebut akan langsung digeser.
 

Kunci sukses di TikTok bukan hanya viralitas, tetapi juga keterhubungannya. Gen A menghargai konten yang terasa autentik, dan mereka bisa dengan mudah mengenali jika ada upaya penjualan yang dipaksakan. 

 

Merek yang ingin sukses perlu membuat konten lebih manusiawi, lebih relevan, dan langsung terhubung dengan percakapan serta tren yang sedang berlangsung di platform.

 

Apa yang Bisa UMKM  Pelajari
 

Seiring dengan berkembangnya era digital, YouTube dan TikTok menawarkan pelajaran berharga bagi UMKM yang ingin terhubung dengan gen A.

 

Pertama,Prioritaskan Keaslian. Gen A mendambakan keaslian. Mereka tidak terkesan dengan iklan yang sangat diproduksi atau taktik penjualan yang jelas. 

 

Sebaliknya, mereka menginginkan konten yang terasa nyata, baik itu berasal dari influencer anak-anak atau merek yang mengutamakan cerita. Sebagai pemasar, kita perlu fokus untuk menciptakan konten yang asli, menghibur, dan mencerminkan nilai-nilai yang penting bagi generasi ini.

Kedua, pahami Interaktivitas dan Partisipasi. Era komunikasi satu arah telah berlalu. Gen A ingin berpartisipasi, baik itu dengan membuat video TikTok mereka sendiri atau berinteraksi dengan tantangan di YouTube dari sebuah merek. 

 

Merek perlu menciptakan kesempatan bagi gen Auntuk berkolaborasi dalam pembuatan konten, memanfaatkan sifat viral dari platform seperti TikTok untuk menyebarkan pesan mereka secara organik.

Ketiga,  Konten Pendek adalah Raja. Kenaikan TikTok membuktikan rentang perhatian semakin pendek, tetapi itu tidak berarti gen A  tidak terlibat. 

 

Mereka hanya menuntut konten berdampak tinggi yang disampaikan dengan cepat. Merek yang ingin tetap relevan perlu menguasai seni konten pendek, menyampaikan pesan yang kuat dalam hitungan detik.

Keempat, Kolaborasi dengan Influencer adalah Kunci. Influencer memiliki dampak besar pada gen A, dan merek yang berkolaborasi dengan kreator yang tepat akan mendapatkan kredibilitas instan. 

 

Kemitraan ini harus autentik dan selaras dengan nilai-nilai influencer dan audiens mereka. Kolaborasi yang buruk dapat terasa dipaksakan, sementara kolaborasi yang autentik dapat mendorong keterlibatan yang nyata dan kedekatan merek.

Kelima,  Siap Beradaptasi. Platform seperti YouTube dan TikTok berkembang dengan cepat, begitu juga preferensi gen A. Pemasar perlu tetap gesit, terus memantau tren, dan menyesuaikan strategi konten secara real-time. 

 

Apa yang berhasil hari ini mungkin tidak berhasil besok, dan merek yang bisa beradaptasi dengan cepat akan tetap berada di depan.

TikTok dan YouTube keduanya menggunakan algoritma canggih untuk menyarankan konten yang relevan berdasarkan perilaku pengguna. 

 

Gen A sangat terbiasa dengan algoritma itu yang menyesuaikan konten dengan preferensi mereka, sehingga mereka dapat menemukan video yang sesuai dengan minat mereka tanpa harus mencarinya.
 

Konten yang autentik, menghibur, edukatif, serta berinteraksi dengan audiens pada platform seperti TikTok dengan format video pendek (15-60 detik) memungkinkan gen A untuk mendapatkan hiburan secara cepat, yang sangat cocok dengan rentang perhatian mereka yang lebih pendek dibandingkan generasi sebelumnya. 

 

Nah, Sobat UMKM, pastikan saat Sobat UMKM ingin berpromosi dan memasarkan produknya pada gen A, habitat kluster generasi tersebut menginginkan kepuasan instan dan tidak suka menunggu atau menghadapi video yang terlalu lama dan membosankan. (SG-1)